Perang Demokrasi
Sekedar berpendapat tentang pilgub dengan "skenario" di dalamnya. Dalam kasus ini, pilgub DKI yg menjadi sorotan banyak pihak.
Skenario dari gubernur sebelumnya, si gubernur periode sebelumnya akan mengingat usahanya, dan berkata pada masyarakat akan menyelesaikan yg belum rampung atau yg belum selesai pada masa jabatannya.
Jika hasilnya memang terasa oleh masyarakat dan selama periodenya terdapat perubahan yg signifikan, tentu sebagian besar masyarakat akan meyakini pula bahwa perjuangan belum berakhir, masih setengah jalan, hingga pada akhirnya masyarakat akan menikmati hasil manis dari berhasilnya 100% kebijakan dan segala sesuatu yang belum terselesaikan.
Tetapi jika realisasinya dirasa hanya terucap dari mulut gubernur, maka jangan heran jika masyarakat akan "mencoba peruntungan" dari lawan calon gubernur yg baru.
Apa yang dimaksud "mencoba peruntungan"? Jawaban itu ada di skenario dari pihak calon gubernur yg baru. Biasanya calon gubernur yg baru mencari kelemahan kebijakan dari gubernur sebelumnya, mencari atap-atap bocor dari isu yg terjadi, dan menjadikan hal tersebut sebagai "senjata" dalam menyampaikan janji-janjinya bersama inovasi "baru" dengan menyelipkan permasalahan yg terjadi pada gubernur sebelumnya.
Tak jarang juga calon gubernur yg baru akan terlihat kerap menyindir kebijakan-kebijakan gubernur sebelumnya, dan itu menurut saya merupakan "strategi" yg umum dilakukan oleh lawan calon gubernur baru.
Dengan begitu, calon gubernur yg baru berharap masyarakat menyadari hal-hal yg tidak terealisasikan dan melihat harapan pada calon gubernur baru dari program yg akan membuat hal-hal tersebut menjadi nyata, sehingga masyarakat akan memilih calon gubernur yg baru. Jika calon gubernur yg baru ini terpilih, maka ada 2 pilihannya, merealisasikan peruntungan masyarakat yang belum melihat dan merasakan perubahan yg dijalankan selama masa kampanye, atau membuat masyarakat terpaksa mengamati gubernur yg baru bekerja tidak lebih baik dari gubernur sebelumnya atau bahkan lebih banyak mengingkari janji-janji manisnya.
Skenario dari gubernur sebelumnya, si gubernur periode sebelumnya akan mengingat usahanya, dan berkata pada masyarakat akan menyelesaikan yg belum rampung atau yg belum selesai pada masa jabatannya.
Jika hasilnya memang terasa oleh masyarakat dan selama periodenya terdapat perubahan yg signifikan, tentu sebagian besar masyarakat akan meyakini pula bahwa perjuangan belum berakhir, masih setengah jalan, hingga pada akhirnya masyarakat akan menikmati hasil manis dari berhasilnya 100% kebijakan dan segala sesuatu yang belum terselesaikan.
Tetapi jika realisasinya dirasa hanya terucap dari mulut gubernur, maka jangan heran jika masyarakat akan "mencoba peruntungan" dari lawan calon gubernur yg baru.
Apa yang dimaksud "mencoba peruntungan"? Jawaban itu ada di skenario dari pihak calon gubernur yg baru. Biasanya calon gubernur yg baru mencari kelemahan kebijakan dari gubernur sebelumnya, mencari atap-atap bocor dari isu yg terjadi, dan menjadikan hal tersebut sebagai "senjata" dalam menyampaikan janji-janjinya bersama inovasi "baru" dengan menyelipkan permasalahan yg terjadi pada gubernur sebelumnya.
Tak jarang juga calon gubernur yg baru akan terlihat kerap menyindir kebijakan-kebijakan gubernur sebelumnya, dan itu menurut saya merupakan "strategi" yg umum dilakukan oleh lawan calon gubernur baru.
Dengan begitu, calon gubernur yg baru berharap masyarakat menyadari hal-hal yg tidak terealisasikan dan melihat harapan pada calon gubernur baru dari program yg akan membuat hal-hal tersebut menjadi nyata, sehingga masyarakat akan memilih calon gubernur yg baru. Jika calon gubernur yg baru ini terpilih, maka ada 2 pilihannya, merealisasikan peruntungan masyarakat yang belum melihat dan merasakan perubahan yg dijalankan selama masa kampanye, atau membuat masyarakat terpaksa mengamati gubernur yg baru bekerja tidak lebih baik dari gubernur sebelumnya atau bahkan lebih banyak mengingkari janji-janji manisnya.
Komentar
Posting Komentar