We Did It
19 Desember 2019 menjadi salah satu hari yang takkan pernah aku lupakan. Hari dimana ku dapati sebuah pesan darimu yang isinya sungguh membuat hati dan perasaanku tidak karuan. Bagaimana tidak? Kamu memberikan pilihan untuk bertahan dengan segala resiko atau berhenti dan menyudahinya. Aku mencoba memahami dari sudut pandangmu, mungkin kamu ingin aku tak terbebani dengan sakit yang kamu derita yang pada saat itu pun belum diketahui apa penyakitnya. Perlu kamu tahu bahwa ketika masalah datang dan terlihat seperti tak ada jalan keluar, bukan berarti caranya adalah dengan melarikan diri. Apalagi kau dan aku pun tahu bahwa menghadapi masalah sendirian itu bukanlah hal yang terasa nikmat. Kita pasti membutuhkan seseorang yang bisa kita jadikan tempat untuk mendengarkan apapun yang sedang kita rasakan. Kita pasti membutuhkan seseorang yang bisa kita percaya untuk menjadikannya sandaran ketika kita sedang lemah. Mungkin ketika bercerita pun tidak akan menyelesaikan permasalahan yang ada, tetapi setidaknya kita akan membebaskan hati dan perasaan kita dari belenggu dan bom waktu yang bisa saja akan terjadi jika kita tak meluapkannya. Pada saat itu, aku pun memutuskan untuk bertahan dengan segala resikonya.
Sejak saat itu aku tahu aku harus kuat, karena aku sudah memilih untuk bertahan dengan segala resikonya. Namun rasanya seperti belum bisa percaya bahwa ini terjadi padamu. Ditambah pengaruh itu terlihat dari perubahan fisikmu. Bahkan mungkin juga mempengaruhi mental dan jiwamu. Teman-teman yang mengenalmu pun juga melihat perubahan itu. Sedih hati ini saat mendengar mereka berkata menyadari perbedaanmu. Aku tak bisa berbuat banyak pada saat itu, tapi yang aku ingin pastikan bahwa aku takkan meninggalkanmu.
Bagaimana jika pada saat kamu memberikan pilihan itu aku memutuskan untuk menyerah? lalu bagaimana pada saat kamu sedang lelah dengan proses pengobatanmu kamu pun memutuskan untuk menyerah? Lihatlah kondisi kita sekarang, kamu pada akhirnya berhasil melewati itu dan menemukan ujung dari penantian panjangmu menuju kesembuhan yang sempat kamu ragukan dan kamu pertanyakan dulu. Aku yang merasakan bahagia saat melihat kamu pun bahagia dengan apapun alasan yang membuat kamu merasakan bahagia. Lantas apa artinya? Apa yang bisa kita ambil dari ujian panjang yang cukup melelahkan ini? Terkadang dan seringkali apa yang kita takutkan hanya berada di pikiran kita saja. Berbagai macam visualisasi yang terbayang hanya ada di dalam benak kita saja yang pada saat itu memang belum terjadi dan belum tentu itu yang akan terjadi. Manusiawi jika pernah berpikir seperti itu, tapi menjadi tidak wajar jika menjadikan itu sebagai ukuran untuk memutuskan sebuah pilihan.
Ku ucapkan selamat untukmu, karena pada hari ini tepatnya 11 September 2021, kamu telah menyelesaikan tantangan berat dan berdiri sebagai pemenang di garis finish. Perjuanganmu telah usai setelah obat terakhir sudah melewati kerongkonganmu. Karena bahagia ini hanya bisa ku rasakan, aku pun tak tahu apa lagi yang harus ku katakan, namun akan ku tutup dengan sedikit pesan.
Tidak ada manusia yang sempurna, semua memiliki kekurangan, tapi kamu akan belajar bagaimana kekuranganmu akan membuatmu lebih kuat. Tidak apa-apa bila ada patahan pada sebagian dirimu, yakinlah bahwa selalu ada bagian lain yang lebih dikuatkan. Masih ada pilihan untuk beristirahat daripada memutuskan untuk berhenti. Sebab kita mungkin sedang lelah, bukan ingin menyerah. Hidup perlu proses, dan istirahat pun bagian dari proses.
Hari-harimu tak akan lagi sama, jadi sambutlah setiap harinya dengan semangat pejuang. Kamu sudah melakukan banyak hal yang hebat, terima kasih kamu telah berusaha untuk selalu kuat. Perasaan kamu itu valid, jadi apapun yang kamu rasakan, akui, rangkul rasa itu dan luapkanlah. It’s okay to feel tired, angry, sad, or even out of hope. Tapi percayalah, kamu tak akan pernah sendirian. We are all in this together.
Kita pasti bisa 🙂
Komentar
Posting Komentar