Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Gifts and Curses

I try to be strong for her. Try not to be wrong for her. What if she will not wait for me anymore? Why did I say all those things before I was sure. I try to be careful to take a step before I make a move. Follow the sign and the rhythm to fit in the groove. Every thing's small on the ground below, down below. What if I fall then, where would I go, would she know? She is the one and I have a purpose. She is the one and I have to fight this. She is the one, all that I wanted. She is the one, I will be haunted. This gift is my curse for now. Even when I’m hardly breathe somehow. There are many things I can’t undo. Still I will always fight on for you. Inspired by Yellow Card – Gifts and Curses

Hanya Aku Sendiri

Meredam ego dan melepas semua yang kuinginkan. Meski berat ku jalani, tak akan kuulangi. Bila menantimu adalah kutukan cinta dalam hati. Maafkan aku dan rasaku yang terlanjur menyayangi. Pernahkah engkau bayangkan dan coba untuk mengerti? Melihat kehadiranku untuk menemukan sebuah arti. Memiliki kesempurnaanmu hanyalah sebuah mimpi. Salahkah aku menanti dalam diam tanpa henti? Berjuang sendiri takkan lelah aku menanti. Sanubari menyanggupi takkan hilang cintaku ini. Hingga saat harap mulai pudar dan kau tak kembali. Kau tetap kukenang dan terus hidup dalam hati. Walaupun kau telah pergi dan meninggalkan asa. Membuat hati yang terdalam bertemankan luka. Sendiri dan sepi hingga terkuras tiada lagi cinta. Menjadikan kosong dan hampa yang tersisa di jiwa. Inspired by Noah – Yang Terdalam

Another Year

Di setiap tahun yang telah terlewati. Menyisakan suka duka berbentuk memori. Meski selalu saja ada yang diuji. Menjadi ajang untuk pendewasaan diri. Perjalanan ini perjalanan terpanjangku. Aku tak tahu ku kan mampu melaju. Sejauh ini masih berkawan dengan rindu. Menanti saat dipertemukan oleh waktu. Aku tahu kondisinya belum ideal untuk raga. Aku mengerti jarak ini jauh dari mata. Tiada yang menginginkan situasi ini. Tiada ingin juga untuk mengamini. Tak perlu lagi untuk menerka-nerka. Cukup katakan yang ingin dikatakan. Jujur tuk katakan yang sebenarnya. Biar tak ada rasa yang tertahankan.

Harap dan Realita

Kita tahu bahwa kita punya jalan takdir masing-masing. Entah kita dapat takdir yang banyak senangnya. Entah kita dapat takdir yang banyak susahnya. Entah kita dapat seimbang di antara keduanya. Barangkali ada di antara kita yang merasa bahwa Tuhan tidak adil. “Mengapa dia begitu dan saya begini?” “Mengapa bukan saya tapi malah mereka?” Serta pertanyaan-pertanyaan “menyalahkan” lainnya. Kita tahu atau kita pura-pura belum tahu bahwa semua akan berlalu. Suka duka, pahit manis, hitam putih, naik turun. Dingin malam berganti sejuk pagi. Cerah siang berganti senja sore hari. Kita punya batas waktu masing-masing dalam hidup. Terutama soal perpisahan dan kematian. Tapi kita masih sering berharap bahwa suatu momen bisa cepat berlalu. Atau mungkin kebalikannya, berharap suatu momen berlangsung selamanya. Seringkali kita lupa bahwa waktu terus berputar. Apa yang sedang terjadi takkan abadi. Sadari bahwa harap dan realita tak mungkin setara. Karena semua ada fase dan waktunya.

Jam-jam Overthinking

Terbangun pada jam lewat tengah malam. Entah karena tidur terlalu dini. Entah karena sehabis bermimpi. Atau terpikirkan sesuatu yang “dalam”. Terbangun antara pukul 02.00 hingga 04.00 dini hari. Pikiran sedang berada di puncak konsentrasi. Sekedar ingin minum atau ke kamar mandi. Hingga merenung dan mengadu kepada sang Ilahi. Suasana hening menjadi kawanku dalam diam. Memikirkan beberapa rasa yang terpendam. Membiarkan pikiran untuk terus bergumam. Membiarkan hati untuk terus bersemayam. Suasana sepi menjadi temanku dalam sunyi. Mencoba berbicara dengan diri sendiri. Mendengarkan keresahan batin dan nurani. Merasakan apa yang dirasa dengan empati.