Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Jujur Atas Ketidakjujuran

Manusia tidak ada yang sempurna. Kesalahan terjadi disengaja ataupun tidak. Tinggal bagaimana bersikap bijaksana. Untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Berbohong salah satu contoh kesalahannya. Bijaknya segera jujur atas ketidakjujurannya. Mengakui bahwa telah melakukan kesalahan. Tanpa harus mengeluarkan berbagai alasan. Telah lama ku nantikan pengakuanmu. Tentang ketidakjujuranmu kala itu. Meski bekas luka masih membiru. Tetap ku hargai kejujuranmu. Semoga pelajaran ini melekat dalam hati. Menghindari suatu saat akan terjadi lagi. Semoga kita semua bisa sadar diri. Agar tidak ada hati yang akan tersakiti. N.B. Maybe this is my last post for now. Thank you and see you when I see you. Stay safe and healthy everyone 😊

Malam yang Kelam

Tiba-tiba ketakutanku kembali terjadi. Perasaan tak berdaya, beserta perasaan khawatir datang dan menyelimuti lagi. Rasa yang takkan pernah ku lupa betapa menyakitkan dan betapa menyiksa diri ini. Seketika dilanda kebingungan, kegelisahan, tak tenang, bahkan untuk setiap nafas terasa berat. Berpikir mencoba mencari tahu jawaban bagaimana bisa mengatasi masalah ini. Sayang, apapun cara yang terlintas hanya selalu akan melukai isi hati. Mencoba untuk tak peduli akan semua yang telah terjadi. Lagi sayang, luka itu tetap ada dan terus mengusik hati nurani. Aku berada di titik lemahku. Menangis dan mengadu kepada yang Maha Tahu. Demi sebuah ketenangan batin, agar sesak ini segera pergi. Demi tetap tegar dan kuat untuk berdiri. Pilihanku hanya tinggal dua. Menunjukkan segala rasa yang telah ku pendam. Atau kembali kugunakan topeng dan senyum palsuku lalu mengubur sejuta asa dalam-dalam.

Ketidakjujuran dalam Sebuah Kejujuran

Mari kita mulai dengan sebuah ungkapan. Ketidakjujuran dalam sebuah kejujuran. Sebutir persoalan klise tentang perasaan. Atas perlakuan yang menjengkelkan. Siapa yang pernah dibohongi? Jika iya, siap-siap rawat hati. Siapa yang suka dibohongi? Jika iya, selamat datang sakit hati. Mengapa mudah untuk berbohong? Padahal sekali berbohong akan cenderung terus berbohong. Takutkah jujurmu akan melukai? Padahal luka dari ketidakjujuran lebih menyayat hati. Mau sampai kapan hidup dalam rasa bersalah? Belajarlah untuk mulai jujur selagi ada waktu. Sebelum orang-orang berhargamu mulai lelah. Sebelum takdir mengambilnya dari genggamanmu.

Diuji Rindu Sendiri

Sejak dirinya melangkah pergi tak kembali. Hidupku tak berarti dan ku rasa hanya sepi. Dia tinggalkan ku sendiri di sini. Hilang arah tanpa satu yang pasti. Aku tak tahu harus bagaimana. Tiada kawan untukku bercerita Hanya dirimu satu yang ku punya. Karena hangat cintamu yang nyata. Kirim aku malaikatmu, biar jadi kawan hidupku. Dan tunjukkan jalan yang memang kau pilihkan untukku. Kirim aku malaikatmu, karena ku sepi berada di sini. Dan di dunia ini aku tak mau sendiri. Tanpa terasa ku teteskan air mata ini. Tiada berhenti mengiringi kisah di hati. Kepergianmu sungguh menyiksa nurani. Kau tega menguji aku rindu sendiri. Inspired by BCL – Aku Tak Mau Sendiri

Gifts and Curses

I try to be strong for her. Try not to be wrong for her. What if she will not wait for me anymore? Why did I say all those things before I was sure. I try to be careful to take a step before I make a move. Follow the sign and the rhythm to fit in the groove. Every thing's small on the ground below, down below. What if I fall then, where would I go, would she know? She is the one and I have a purpose. She is the one and I have to fight this. She is the one, all that I wanted. She is the one, I will be haunted. This gift is my curse for now. Even when I’m hardly breathe somehow. There are many things I can’t undo. Still I will always fight on for you. Inspired by Yellow Card – Gifts and Curses

Hanya Aku Sendiri

Meredam ego dan melepas semua yang kuinginkan. Meski berat ku jalani, tak akan kuulangi. Bila menantimu adalah kutukan cinta dalam hati. Maafkan aku dan rasaku yang terlanjur menyayangi. Pernahkah engkau bayangkan dan coba untuk mengerti? Melihat kehadiranku untuk menemukan sebuah arti. Memiliki kesempurnaanmu hanyalah sebuah mimpi. Salahkah aku menanti dalam diam tanpa henti? Berjuang sendiri takkan lelah aku menanti. Sanubari menyanggupi takkan hilang cintaku ini. Hingga saat harap mulai pudar dan kau tak kembali. Kau tetap kukenang dan terus hidup dalam hati. Walaupun kau telah pergi dan meninggalkan asa. Membuat hati yang terdalam bertemankan luka. Sendiri dan sepi hingga terkuras tiada lagi cinta. Menjadikan kosong dan hampa yang tersisa di jiwa. Inspired by Noah – Yang Terdalam

Another Year

Di setiap tahun yang telah terlewati. Menyisakan suka duka berbentuk memori. Meski selalu saja ada yang diuji. Menjadi ajang untuk pendewasaan diri. Perjalanan ini perjalanan terpanjangku. Aku tak tahu ku kan mampu melaju. Sejauh ini masih berkawan dengan rindu. Menanti saat dipertemukan oleh waktu. Aku tahu kondisinya belum ideal untuk raga. Aku mengerti jarak ini jauh dari mata. Tiada yang menginginkan situasi ini. Tiada ingin juga untuk mengamini. Tak perlu lagi untuk menerka-nerka. Cukup katakan yang ingin dikatakan. Jujur tuk katakan yang sebenarnya. Biar tak ada rasa yang tertahankan.

Harap dan Realita

Kita tahu bahwa kita punya jalan takdir masing-masing. Entah kita dapat takdir yang banyak senangnya. Entah kita dapat takdir yang banyak susahnya. Entah kita dapat seimbang di antara keduanya. Barangkali ada di antara kita yang merasa bahwa Tuhan tidak adil. “Mengapa dia begitu dan saya begini?” “Mengapa bukan saya tapi malah mereka?” Serta pertanyaan-pertanyaan “menyalahkan” lainnya. Kita tahu atau kita pura-pura belum tahu bahwa semua akan berlalu. Suka duka, pahit manis, hitam putih, naik turun. Dingin malam berganti sejuk pagi. Cerah siang berganti senja sore hari. Kita punya batas waktu masing-masing dalam hidup. Terutama soal perpisahan dan kematian. Tapi kita masih sering berharap bahwa suatu momen bisa cepat berlalu. Atau mungkin kebalikannya, berharap suatu momen berlangsung selamanya. Seringkali kita lupa bahwa waktu terus berputar. Apa yang sedang terjadi takkan abadi. Sadari bahwa harap dan realita tak mungkin setara. Karena semua ada fase dan waktunya.

Jam-jam Overthinking

Terbangun pada jam lewat tengah malam. Entah karena tidur terlalu dini. Entah karena sehabis bermimpi. Atau terpikirkan sesuatu yang “dalam”. Terbangun antara pukul 02.00 hingga 04.00 dini hari. Pikiran sedang berada di puncak konsentrasi. Sekedar ingin minum atau ke kamar mandi. Hingga merenung dan mengadu kepada sang Ilahi. Suasana hening menjadi kawanku dalam diam. Memikirkan beberapa rasa yang terpendam. Membiarkan pikiran untuk terus bergumam. Membiarkan hati untuk terus bersemayam. Suasana sepi menjadi temanku dalam sunyi. Mencoba berbicara dengan diri sendiri. Mendengarkan keresahan batin dan nurani. Merasakan apa yang dirasa dengan empati.

Cinta yang Mana?

Kalau bicara soal cinta, definisi setiap orang pasti berbeda-beda. Perspektif cinta terlalu luas jika harus dipastikan maknanya. Dahulu aku berpikir bahwa cinta itu tentang memiliki. Proses panjang pengalaman mengajarkan aku sebuah arti. Bagian mana dari dia yang sebenernya punya kita? Badan sudah jelas punya dia, pikiran juga pasti punya dia. Aku bisa-bisanya se-egois itu, sampai berpikir orang lain adalah milikku. Padahal orang lain itu bukanlah sesuatu yang ada pada kendaliku. Ternyata cinta itu bukan memiliki, tapi memelihara. Jadi ibarat ada bunga yang cantik tumbuh di depan rumahku. Jika aku benar-benar sayang, takkan ku cabut bunganya. Karena dengan melihat bunga itu tumbuh, aku sudah bahagia. Sama seperti pasangan kita. Suatu hari kita pasti akan berpisah dengan pasangan kita. Meski membutuhkan kekuatan dan keikhlasan yang luar biasa. Tapi di setiap langkah, aku bersyukur dan bahagia bisa sama-sama tumbuh dengannya.

Peluk Terakhir

Saat bersamamu tak pernah ku rasa cukup. Kehadiranmu masih saja membuat jantungku berdegup. Meluangkan dan menghabiskan waktu yang berkualitas. Berlalu begitu cepat dengan tanpa atau adanya aktivitas. Sehari tak berjumpa rasanya seperti seminggu. Seminggu tak bertamu rasanya seperti sewindu. Selalu dibayang-bayangi oleh perasaan rindu. Sampai nanti ketika kita kembali bertemu. Ketika ada yang berbeda, ku coba untuk bertanya. Mengontrol nada bicara sambil menatap matanya. Memastikan ada yang salah atau baik-baik saja. Atau ada masalah yang sedang dirasa. Kalau-kalau waktu itu adalah sebuah pertanda. Mungkin seharusnya aku sudah siap sedia. Menikmati setiap detik dari hangatnya peluk terakhir. Mengikhlaskan semua ini jika memang harus berakhir.

LDR

Sudah tak terhitung berapa banyak waktu kita tak bersama. Tentang jarak yang menjadi batas diantara kita. Melewati hari yang tidak semanis dahulu. Hanya kumpulan gambar di galeri yang sedikit membantu. Roda waktu terus berputar pada porosnya. Menyaksikan perjuangan kita menanti dalam asa. Suara yang ku dengar dari teleponku. Menjadi salah satu obat penawar rindu. Sesekali kita melakukan pertemuan virtual. Sekedar bercerita atau biar ada yang menemani. Mendengar secara langsung melalui audiovisual. Sampai-sampai tidur malam terbawa mimpi. Hubungan jarak jauh punya ciri khasnya tersendiri. Soal kesabaran dan kepercayaan tingkat tinggi. Meyakini kesetiaan untuk saling menjaga hati. Tak lupa komunikasi yang baik menjadi kunci. Kali ini jarak yang terbentang kian menjauh. Apakah masih ingin melanjutkan jalan yang kita tempuh? Jangan ragu untuk ungkapkan yang kamu rasakan. Aku hanya tak ingin ada sesuatu yang dipaksakan.

With or Without

We don’t know our future yet. But I wish you and I are one set. If only I met you sooner. I think it would be better. I want to make you happy. I want you to be happy. Tell me what you really want. I wouldn’t do anything you wont. I tried so hard in every way and pray. I will stay if you want me to stay. World can be so cruel and tough. But I wish you can find a laugh. Always tell the truth and be honest. Be true to yourself just because. I hope you can find your happiness. With or without me regardless.

Berbesar Hati

Pernah terpikir selewat. Tentang logika terhambat. Tak ingin terlambat. Meski cinta sesaat. Belajar berbesar hati. Mendewasakan diri. Mencoba memahami. Berbagai macam arti. Apa bahagiamu? Apa dambamu? Apa sempurnamu? Apa mimpimu? Ku disini kalau kau mau. Tak ingin ada paksaan dengan hatimu. Ku kan terus menanti. Walau ada yang teringkari.

Would You Rather

Would you rather, hear someone says “I love you, but…” Or hear someone says “… but I love you”? For me, the first is somehow saddening. Cause there will be most likely many reason afterward. When the second is somehow heartwarming. After so many things, the only reason is love. So, what's your love sentence?

Mengungkah

Tak sedikit manusia bedebah. Gemar untuk berulah. Berdalih dan berkilah. Membuat kita terbelangah. Mereka pandai bersilat lidah. Mencari letak-letak celah. Berbagai alasan membantah. Bahkan berani bersumpah. Jangan seperti mereka yang menjilat ludah. Mencari atensi dengan bertingkah. Berkedok atas nama musyawarah. Maksud hati ingin memecah-belah. Kuatkan hati tuk melangkah. Bulatkan tekad agar tak goyah. Meskipun nanti tetap ada fitnah. Pendirian takkan berubah. Jika nanti tak ada jalan tengah. Berhati-hati dalam memilah. Memulai tuk membedah. Segala bentuk telatah.

Let It Out

Do you ever feel tired for no reason? Or do you feel that but you don’t know the cause? Well, you can try to think about the unspoken. Any feeling or any words that you keep silent. I think we all have something that we left unspoken. And there are many reasons why we do that. Maybe cause we don’t want to fight in relationship. Or maybe cause we don’t want to deal with bullshit. I can’t explain the science about this. But it is one of my favorite list. Something you can’t get out emotionally. It will affects you, inside physically. I admit that sometimes it just so hard to let it out. Thinking the after effects that might be too risky. I only want to realize that the consequences is bad. Even though in the end it’s up to our principles that we had.

Tercurah

Situasi sungguh tak mudah. Mulut berkata terserah. Pikiran bilang berserah. Hati berat tuk pasrah. Introspeksi tuk bebenah. Telepas siapa yang bersalah. Tak ingin terpecah. Tak ingin berpisah Aku tak ingin menyanggah. Batinku berdarah. Aku rasa resah. Ingin berkeluh kesah. Aku bersusah payah. Tak henti tuk mengasah. Memahami dan menelaah. Apa-apa saja yang bisa dicegah. Mungkin aku marah. Sudah terlalu lelah. Tapi tak ingin gegabah. Tuk segera menyerah.

Aku dan Lebah

Kisah ini adalah kisah yang menurutku cukup unik. Seekor lebah entah darimana tiba-tiba datang mengusik. Entah kejadian unik atau merupakan kejadian langka. Satu hal yang pasti aku pun masih tidak menyangka. Setelah hari itu berlalu aku tak terlalu menghiraukan. Meski saat itu kehadiran si lebah sulit untuk ku abaikan. Melihat lebah yang mundar-mandir dengan jarak amat dekat. Membuatku tak nyaman dan takut kalau-kalau disengat. Beberapa kali kejadian serupa berulang di tempat yang acak. Merasa jengkel diikutinya kemanapun aku bergerak. Anehnya lagi di setiap kejadian, si lebah selalu sendiri. Aku terintimidasi oleh si lebah yang seakan sedang mem-bully. Anehnya lagi dan lagi seringkali di setiap kejadian, aku sedang berdua. Saat melihat aku di-bully lebah, dia hanya menyuruhku untuk tetap tenang. Bagaimana bisa aku tenang jika si lebah tiba-tiba datang menyerang? Super duper anehnya lagi, si lebah tidak pernah sekalipun mengganggu dia. Ini si lebah pilih kasih sama wanita atau yang sel...

Mereka Takkan Mengerti

Harapan seringkali tak sejalan dengan apa yang terjadi. Bahkan berbanding terbalik menimbulkan kekecewaan. Pro dan kontra di dalam konflik sosial maupun pribadi. Menyebabkan orang menjadikannya bahan tertawaan. Berbicara apa yang menurut pandangan mereka benar. Sorak sorai sebagai “penonton” di dalam kehidupan ini. Menyulut kegaduhan luar biasa untuk sekedar didengar. Hingga mereka memang sengaja untuk mengusik nurani. Anjing akan tenang kepada majikan dan sanak saudara. Tetapi anjing akan menggonggong apabila tidak dikenal. Sepatutnya kita bisa mengetahui mana yang berpura-pura. Sehingga kita bisa membedakan mana yang asli dan asal. Yakinlah pada apa yang menjadikanmu dirimu sendiri. Karena mereka diciptakan untuk takkan pernah berhenti. Tutup telinga dan saring sebab kamulah yang menjalani. Percayalah pada dasarnya mereka takkan pernah mengerti.

Dandelion

Rintangan dalam hidup pernah membuat kita terjungkal. Perih sakitnya hampir-hampir membuat hilang akal. Hidup orang lain yang seringkali menjadi pembanding. Tanpa sadar ego diri berasumsi dan menuding. Padahal jalan hidup setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang berjalan cepat, ada yang berjalan santai. Ada yang merangkak, ada yang berlari. Hanya saja pastikan maju gerak langkah kaki. Dandelion mengajarkan kita untuk bisa tumbuh dimana saja. Hujan angin dan panas terik tidak menjadi alasan untuk berhenti. Hembusan angin yang membawa kita bahkan sampai terseok-seok. Bukan menjadi hambatan untuk tetap tegar berdiri. Terhempas jauh dari tempat kita lahir. Tak lupa bahwa semua telah ditentukan oleh takdir. Kuatkan diri untuk menyesuaikan diri hingga mahir. Perjuangkan hidup kita sampai waktu berakhir.

Katanya

Katanya negara demokrasi yang memegang teguh hak asasi. Tapi tidak berlaku bagi oknum berdasi dan rakyat kecil yang terdiskualifikasi. Katanya negara hukum yang berpedoman dari UU dan Pancasila. Tapi “salam tempel” jadi jalan keluar dari masalah yang ada. Katanya semua orang diperlakukan sama di mata hukum. Tapi hanya status sosial atas yang punya privilege dalam forum. Katanya sudah sejak lama merdeka dan berdikari. Tapi dengan terang-terangan warganya dijajah sendiri. Konon katanya.