Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Next Chapter

Berbagai kejadian yang telah kita lewati. Membentuk diri kita yang berdiri hari ini. Ribuan tetes air mata yang telah terurai. Berharap bahagia yang akan kita tuai. Waktu bukanlah hal yang bisa kita hentikan. Ia akan terus melaju tanpa peduli masa lalu. Mencoba mengubah kesalahan yang disesalkan. Fokus saat ini menjaga kesadaran dan tahu malu. Ketidakmungkinan untuk mengubah masa lalu. Memacu kita agar melakukan yang terbaik. Realitas haru akan selalu berdampingan dengan pilu. Karena tak ada yang tahu jalan mulus atau malah pelik. Buku tentang perjalanan hidup akan terus berlanjut. Suka tidak suka ketika bahkan harapan tak lagi cukup. Memahami garis takdir merupakan hal yang absolut. Kematianlah yang akan menyambut sebagai penutup.

Berpihak Pada Siapa? (Part II)

Pelecehan seksual dan pemerkosaan menjadi topik hangat belakangan ini. Menjadi ramai karena keberanian luar biasa para korban untuk membela harga diri. Korban dari kasus-kasus tersebut yang kebanyakan perempuan. Mereka rela mengungkap aib demi sebuah keadilan. Seharusnya “petugas” itu melindungi dan mengayomi, eh kok malah menghakimi. Seharusnya “pendidik” itu mengajarkan nilai-nilai, eh kok malah moralnya lalai. Seharusnya “tokoh agama” itu membimbing agar tidak tersesat, eh kok malah kelakuannya bejat. Seharusnya “yang punya kuasa” bersikap adil dan membela yang lemah, eh kok malah condong ke pihak yang salah. Pelaku bukan hanya dari orang yang tidak dikenal. Bahkan ironisnya dari keluarga korban sendiri. Lantas dimana tempat perempuan untuk bisa merasa aman, jika lingkungan terdekatnya saja sudah tidak lagi nyaman? Rumah yang katanya tempat terakhir untuk pulang dan mengadu. Berubah menjadi ruang asing sendiri yang dipenuhi sendu. Selalu dihadapkan dengan dilema ketika ingin bicara....

Berpihak Pada Siapa?

Pada suatu hari di sebuah negeri tanpa nurani Banyak kasus amoral yang sedang terjadi Luka dan trauma yang melekat dalam diri Harus para korban rasakan bahkan sejak dini Katanya pelaku manusia, tapi tidak punya rasa manusiawi Hak asasi manusia dan moral konon hanya sebuah ilusi Betapa kejinya perbuatan manusia tak berhati Hingga setan pun dibuat merasa terintimidasi Korban, korban dan korban yang selalu disalahkan Suara korban yang dibungkam menjadi tak terelakkan Selalu ada cara yang dilakukan untuk menyudutkan Dari pelaku yang menyalahgunakan kekuasaan Tak habis pikir jika ada yang membela para pelaku Jelas-jelas birahi merekalah yang tak terbelenggu Dengan biadabnya memasang wajah tak tahu malu Ekspresi yang seolah berkata “ini bukan salahku” Laporan korban diproses dengan lambat Pejabat negaranya pun enggan bergerak cepat Keadilan telah hilang dari kamus institusi Proses hukum hanya berlandaskan kekuasaan tirani Mustahil untuk kasus berjalan dengan mulus Masih seperti bayi yang har...

We Did It

          19 Desember 2019 menjadi salah satu hari yang takkan pernah aku lupakan. Hari dimana ku dapati sebuah pesan darimu yang isinya sungguh membuat hati dan perasaanku tidak karuan. Bagaimana tidak? Kamu memberikan pilihan untuk bertahan dengan segala resiko atau berhenti dan menyudahinya. Aku mencoba memahami dari sudut pandangmu, mungkin kamu ingin aku tak terbebani dengan sakit yang kamu derita yang pada saat itu pun belum diketahui apa penyakitnya. Perlu kamu tahu bahwa ketika masalah datang dan terlihat seperti tak ada jalan keluar, bukan berarti caranya adalah dengan melarikan diri. Apalagi kau dan aku pun tahu bahwa menghadapi masalah sendirian itu bukanlah hal yang terasa nikmat. Kita pasti membutuhkan seseorang yang bisa kita jadikan tempat untuk mendengarkan apapun yang sedang kita rasakan. Kita pasti membutuhkan seseorang yang bisa kita percaya untuk menjadikannya sandaran ketika kita sedang lemah. Mungkin ketika bercerita pun tidak akan menyeles...

Tersesat

Kau pernah terjatuh yang menyebabkan luka pada kepalamu Membuatmu lupa akan segala tentangku Menjadikanku orang asing dalam pikirmu Membuatku sulit untuk menerima itu Sejujurnya aku penasaran apa yang bisa membuatmu terjatuh Tapi aku tak ingin mencari tahu kebenarannya pada saat itu Aku tak ingin pikiranku menjadi berfokus pada masalah lalu Karena saat ini yang kuingin hanya tertuju pada kesembuhanmu Fakta bahwa kau telah melupakanku tak bisa pergi dari pikirku Walau begitu aku tak berhenti mencoba mengobati Karena aku bisa merasakan kau yang sesungguhnya tak pernah pergi Kau yang sebenarnya hanya sedang terperangkap oleh jebakan manusia tak tahu diri Kau hanya sedang tersesat dalam sebuah tipu muslihat Beruntungnya aku menemukanmu dan bersikap cepat Segera ku ajak kau kembali tuk pulang Pulang bersamaku mencari sebuah tenang

Trauma Hati

Bagaimana rasanya dikecewakan oleh yang kita harapkan? Bagaimana rasanya dihancurkan oleh yang kita inginkan? Sakit hati? Tentu. Hancur berkeping-keping? Jelas. Ingin terjadi lagi untuk kedua kali? Absolutely not Siapa yang sering mendengar pepatah “guru terbaik adalah dari pengalaman” Aku pernah mendengarnya dan itu yang kini ku rasakan Dari luka yang begitu hebat, belajar bagaimana caranya untuk tetap kuat Dari sakit yang teramat dalam, belajar merubah hari agar tak selamanya kelam Menerapkan filter untuk yang baik-baik sebelum berbicara Menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak dan bersikap Mengubah mindset "lawan bicara" menjadi kawan bicara Mengajak berdiskusi sehat kepada kawan bicara Membaca situasi dan kondisi seseorang sebelum mulai bertanya Mencoba memahami dengan mulai berempati Menyadari bahwa apapun yang dilakukan orang lain adalah diluar kuasa kita Mengambil keputusan setelah meredam segala emosi Pengalaman ini sungguh menjadi pembelajaran yang sangat nyata ba...

Aku dan Dia

Mencoba untuk tetap waras memang tak pernah sesulit ini Beragam emosi yang datang seperti tak ada habisnya bergantian menghampiri Meski seringkali sedih dan sakit yang dominan kurasakan Tapi apa dayaku sebagai manusia biasa yang tak bisa menghindari kenyataan Berbagai cara kulakukan untuk mencoba tetap bertahan Walau terkadang masih saja aku melakukan kesalahan Beruntung aku memiliki seseorang yang berempati dan peduli Dengan pandangan dewasa untuk mencoba memahami Mungkin sebenernya ia juga tidak tahu bagaimana Namun ia selalu berusaha dan mencari cara Agar aku tak lagi fokus pada rasa yang membuat luka Mengalihkan pikiran itu dan biarkan aku meluapkan padanya Aku sadari kini saatnya untuk aku bangkit dan melawan Aku perlu untuk tetap melangkah dan melanjutan impian Takkan kubiarkan siapapun menjebakku dalam sebuah godaan Takkan kudiamkan siapapun bermain-main dengan tulusnya perasaan Terima kasih pada ia yang tak pernah menyerah sejak awal perjalanan Tak pernah berhenti untuk selalu ...

Penjaga Hati

  Tak pernah aku impikan Betapa beratnya meruntuhkan hatimu Lama sudah ku menunggu Seutas harapan tulus cintamu   Takkan kutemui wanita sepertimu Takkan kudapatkan rasa cinta ini   Kubayangkan bila engkau datang Kupeluk bahagiakan aku Kuserahkan seluruh hidupku Menjadi penjaga hatimu   Seringkali kutemukan Mahkota bertabur intan permata Meski aku telah terbiasa Tambatkan hatiku pada wanita   Takkan kutemui wanita sepertimu Takkan kudapatkan rasa cinta ini   Kubayangkan bila engkau datang Kupeluk bahagiakan aku Kuserahkan seluruh hidupku Menjadi penjaga hatimu   Song by : Ari Lasso

Hadiah Untuk Siapa

Anak kecil itu pernah menunggu untuk segera dewasa Menantikan harapan dan impiannya agar segera terwujud dan terlaksana Melamun penuh harapan akan menjadi kenyataan Dengan sejuta keinginan yang telah lama ia pendam 13 tahun berlalu dan kini ia telah merasakan menjadi dewasa Tanpa pernah terpikirkan bahwa segalanya tidak selalu berjalan sesuai rencana Ia hanya berusaha ikhlas menerima apa yang ditakdirkan untuk hidupnya Tanpa perlu memaksakan apa yang menjadi kehendaknya Sebenarnya ia tak mengharapkan hadiah di hari spesialnya Hanya saja ia terlalu peduli akan apa yang bukan berada di dalam radarnya Ketika sudah setengah mati mempertahankan apa yang ia miliki Sayangnya ia pernah merasa tak dihargai “lantas hadiah ini untuk siapa?” tanyanya kepada sang Pencipta “untuk kami? Atau hanya untukku sendiri?” lanjutnya Ia lupa bahwa ia hanya manusia biasa yang punya rasa Ia sedang tersesat dalam pikirnya

Hujan Berarti

Memori dalam kepalaku seperti terpaku pada hujan kala itu Menghabiskan hari berdua bersama hujan Seperti anak kecil yang gembira mandi hujan bersama teman-temannya Awalnya aku berharap semoga hujan tidak turun hari ini Agar aku bisa dengan tenang menikmati hari bersamanya Supaya rencanaku pun bisa berjalan dengan semestinya Tapi Tuhan berkata lain dan alampun hanya bisa menjalankan instruksi-Nya Dinginnya hujan di kaki gunung kala itu ku akui cukup membuatku menggigil Namun saat bersamanya kurasakan kehangatan yang berbeda Rasa yang sulit untuk ku pahami, walaupun disatu sisi membuat hati kecil berseri Sadarku mengingatkan untuk bisa jaga diri Jangan sampai ada hati yang terkhianati Setengah mati kujaga sadarku agar tetap berpegang teguh dan tidak luluh Menyadari bahwa begitu banyak jalan dan rintangan yang sudah ditempuh Hujan kian deras mengguyur bumi di tempat kami berdiri Bertatap pandangan dan saling bertukar cerita tanpa peduli apa yang terjadi Mencoba saling mengerti tanpa ada n...

Rindu Malamku

Aku rindu berada di bawah sinar rembulan Menikmati duduk berdua ditemani sang malam Bersama dingin yang mulai memberikan sentuhan Melepas kegelisahan yang selama ini ku pendam Membicarakannya tentu akan lebih menyenangkan Karena malam tak pernah mengecewakan Tak seperti orang lain yang pura-pura menenangkan Kenyataannya mereka tak peduli dan hanya mendengarkan Mereka hanya benar-benar tak paham dengan yang aku alami Dan aku pun tak berharap mereka untuk dapat mengerti ini Karena untuk dapat mengerti, mereka harus mengalami kisah diri Biarlah cukup aku yang tahu rasanya terpenjara dalam sepi Gelapnya malam membuatku merasa ada teman Teman yang paham betul dengan yang ku rasakan Tak khawatir jika malam tak menjawab pertanyaan Ku tetap menanti malam harapan yang ku rindukan

Kini Dan Nanti

Ketika tidurku terusik oleh mimpi buruk yang datang menghampiri Rasa gelisah itu begitu nyata dari ujung kepala hingga ujung kaki Ketakukan dan keresahan itu sungguh-sungguh menyelimuti diri Gelap, kelam, hampa, sunyi, sepi menguasai seluruh isi otak ini Ketika ku tersadar dari sisa bunga tidur dan membuka mata Ku berharap mimpi tinggal lah mimpi jangan menjadi realita Karena sungguh perasaan tak menyenangkan itu nyata adanya Dan aku hanya bisa terdiam mencoba memahami yang ku tak bisa Mungkin tak ada yang memberitahumu bahwa itu memang tak mudah Atau memang mungkin pilihanmu semakin dekat kepada kata menyerah Aku hanya manusia biasa yang tak berdaya dan dengan lemah berserah Tak pernah memaksa kau tuk mengerti dan memahami kusutnya masalah Percayalah, kerikil di ujung jalan sana masih ada dan menunggu langkahmu Belum lagi di penantian panjang itu ada banyak jalan yang penuh liku-liku Siapkah kamu menuntunku berjalan ketika aku tak mampu bertumpu? Atau kau akan berlari ke sudut terjauh...

If You Let Me

If you let me, I want to be a part of your journey. Menjadi bagian dari perjalananmu. Saat jalan yang dituju sedang lurus tanpa hambatan hingga saat kerikil bebatuan yang menghadang. Baik perjalanan dekat dari langkah kecilmu hingga perjalanan jauh dari kumpulan jejak langkahmu. If you let me, I want to be a part of your life. Menjadi bagian dari hidupmu. Tempat berbagi suka duka tangis dan tawamu. Menopangmu saat dunia sedang  menjatuhkanmu. Menutup mata dan kupingmu dari pandangan negatif orang lain terhadapmu. If you let me, I want to be a part of your love. Menjadi bagian dari cintamu. Rumah yang akan selalu melindungimu. Sebuah sandaran saat kau lelah melewati hari biru. Pusat dari besarnya rasa yang akan selalu tercurahkan padamu. If you let me, I want to be a part of your healing. Sakit yang kau pendam sendiri, luka yang tak kau obati, dan takut yang menghantui. Buka pintu kecilmu. Bantu aku menemukan kunci itu agar bisa ku rawat lukamu. Maka kuatkan dirimu dan hadapi semua ...

Indah Pada Waktunya

Pagiku disambut oleh langit yang mendung Diam dan tenang tak goyah oleh deru angin Karenamu, masih ku biarkan diri termenung Menanti dan menahan nafas penuh ingin Turunnya hujan belum mampu menghapuskanmu Semerbak harum tanah belum terhirup olehku Karena aku masih menunggu dibalik awan itu Berharap ada celah matahari yang menembus rindu Jeda langit yang mencoba berhenti menangis Redanya hujan tak juga dengan perasaanku Angan di dalam hati tak ingin ada yang teriris Baik aku dan kamu tetap dalam harmoni padu Dari sisi manapun akan tetap indah dipandang Pelangi yang menjadi jawaban dari sebuah tanya Sejauh mata memandang hanya tenang dan terang Yang diharap semua akan indah pada waktunya

Cinta Itu Pilihan

Memilih untuk tetap tinggal atau pergi. Memilih untuk tetap setia atau mendua. Memilih untuk tetap bertahan atau melepaskan. Memilih untuk tetap mencinta atau berdusta.  Memilih untuk tetap mengasihi atau membenci.  Memilih untuk tetap saling atau berpaling. Memilih untuk tetap rindu atau berteman sendu.

Awal & Akhir

Ketika awal akan berujung dengan akhir dan akhir yang akan menjadi awal. Seperti tak dapat dipisahkan mengulang siklus yang sama. Terkadang alurnya tak menentu tak beraturan. Terkadang alurnya memiliki ciri yang berpola. Akhir dari sesuatu yang lama dan awal dari sesuatu yang baru. Tak peduli akan durasi waktu yang telah dihabisi. Tak hiraukan hati sedang tertawa bahagia atau pilu membiru. Suka tak suka mau tak mau, selalu siapkan diri Layaknya pertemuan dan perpisahan yang selalu sepasang. Baik dari yang acak hingga yang sudah bisa ditebak. Baik dari yang bingung hingga yang bisa termenung. Pada saatnya tiba semua akan terasa berbeda. Ini bukanlah akhir dari sebuah pertemuan. Bukan pula awal dari sebuah perpisahan. Semoga aku bisa dapat merasakannya lagi. Semoga aku bisa diizinkan-Nya untuk kembali.

Tak Terungkapkan

Rangkaian sebuah cerita terkadang tak menentu ujungnya Menempuh perjalanan panjang yang masih belum berakhir Mencari sebuah kepastian untuk bertahan dalam keyakinan Menghadapi siklus roda yang berputar hingga di akhir jalan   Pernahkah terpikirkan oleh kita bagaimana cara melewatinya? Pernahkah terlintas oleh kita untuk mencari jalan keluarnya? Atau pernahkah oleh kita setuju pada satu kesepakatan bersama? Jawabannya belum kita temukan karena ada batasan di antara kita   Batasan itu terkadang menghalangi seperti tembok yang tinggi Batasan itu juga terkadang seperti rumput yang tertiup angin Ketika terhalang, perasaan kita mencoba untuk saling menutupi Ketika lemah, hati kita mencoba untuk saling melindungi   Ada saatnya kita lupa untuk menjadi diri kita sendiri Memendam rasa itu dan ego kita kian meninggi Di saat yang bersamaan,  kita juga ingin diindahkan Tak ingin merasakan hati terdiam tak terungkapkan